Samarinda Tempo Doeloe: Saat Merdeka Terlambat Menggema di Benua Etam

Kekuatan Belanda yang ditopang KNIL dari pribumi ditambah amunisi persenjataan modern saat itu, cukup mempersulit ruang gerak pejuang di Samarinda.
"Bendera Merah Putih sudah sempat berkibar, tetapi para pejuang kemerdekaan masih terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Samarinda," sambungnya.
Para pejuang Samarinda bergerak dengan dua pola perlawanan, yakni gerakan bersenjata dan diplomasi politik.
Gerakan bersenjata dilakukan oleh kelompok pemuda yang menghimpun diri dalam organusasi bernama Penjaga Keamanan Rakyat (PKR).
Organisasi PKR kemudian menjadi Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) pada Desember 1946.
Para tokoh BPRI Samarinda ini, seperti RP Juwono, Djunaid Sanusie, Bustani HN, Asnawi Arbain, Sayid Fachrul Baraqbah, Anwar Barack, dan lainnya.
Pejuang gerilyawan ini disokong oleh pejuang pro-Republik Indonesia dari Banjarmasin dan berafiliasi ke BPRI Pusat di Surabaya yang dikomandoi Bung Tomo.
Dalam gerakannya, BPRI Samarinda melakukan aksi-aksi yang masih bersifat sporadis.
Kabar besar Proklamasi Kemerdekaan RI terlambat sampai di Benua Etamhingga perjuangan rakyat kaltim memperjuangkan kemerdekaan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Kaltim di Google News