Samarinda Tempo Doeloe: Saat Merdeka Terlambat Menggema di Benua Etam

Sementara itu, perjuangan dilanjutkan dari jalur diplomasi politik yang dilakukan oleh organisasi Ikatan Nasional Indonesia (INI) Cabang Samarinda yang diprakarsai oleh Abdoel Moeis Hassan.
Pusat gerakannya di Gedung Nasional, Jalan Panglima Batur Samarinda. INI Samarinda kemudian berkoalisi dengan lebih dari 20 organisasi kemasyarakatan di Kaltim, membentuk Front Nasional.
Sebagaimana jalur perjuangan Sukarno-Hatta yang melalui diplomasi politik, Front Nasional juga melawan pendudukan Belanda di Kaltim dengan gerakan politik.
Front Nasional pada 1947 hingga 1950 sering disebut sebagai pemerintahan tandingan Belanda di Kaltim.
"Setelah dilakukan diplomasi, terlebih Belanda dinyatakan kalah perundingan internasional," lanjut Sarip.
Akhirnya, pada 27 Desember 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan di kantor Asisten Residen, yang sekarang menjadi kantor Gubernur Kaltim di Jalan Gajah Mada.
Belanda pun akhirnya meninggalkan Samarinda. Bendera Merah Putih kembali berkibar pada hari itu juga. Kali ini, dilakukan dengan khidmat dan bendera yang besar di Gedung Nasional, Jalan Panglima Batur, yang merupakan pusat perjuangan.
"Bendera yang berkibar di Gedung Nasional merupakan sumbangan dari juragan yang tinggal di Jalan P Suryansyah, bernama Ali Gani," pungkasnya. (mcr14/jpnn)
Kabar besar Proklamasi Kemerdekaan RI terlambat sampai di Benua Etamhingga perjuangan rakyat kaltim memperjuangkan kemerdekaan.
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Arditya Abdul Aziz
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Kaltim di Google News