Samarinda Tempo Doeloe: Saat Merdeka Terlambat Menggema di Benua Etam

Dr Soewadji Prawiroharjo saat itu dipilih dengan alasan tokoh yang punya kapasitas intelektual dan pernah ikut Kongres Pemuda II 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
"Merah Putih baru berkibar di Samarinda lebih dari 30 hari kemudian. Tepatnya 20 September 1945 di Rumah Sakit Umum, yang saat ini menjadi Rumah Sakit Islam (RSI)," terangnya.
Singkatnya, dilakukan pengibaran bendera merah putih pertama kalinya di Samarinda tepatnya di Rumah Sakit Umum yang terletak di Jalan Gurami Sungai Dama oleh dua karyawan rumah sakit bernama Abdul Madjid dan Imansyah.
Setelah pengibaran bendera tersebut, kedua karyawan ini ditangkap tentara Belanda.
Saat itu kegiatan P3KRI juga tidak berjalan lancar, karena ketua Dr Soewadji Prawiroharjo ikut ditangkap Belanda dan dibuang ke Morotai atau kini Maluku Utara.
"Saat itu, pengibaran bendera tidak berjalan khidmat dan hanya dalam hitungan jam saja bendera merah putih kembali diturunkan," kata penulis buku Samarinda Tempo Doeloe itu.
Selanjutnya, pengibaran bendera merah putih juga dilakukan di sekolah bekas Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Sungai Pinang, Samarinda, oleh dua guru yakni WGJ Kaligis dan Slamet beserta murid-murid kelas enam.
Dua hari setelah aksi tersebut, dua guru tersebut juga ditangkap tentara Belanda.
Kabar besar Proklamasi Kemerdekaan RI terlambat sampai di Benua Etamhingga perjuangan rakyat kaltim memperjuangkan kemerdekaan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Kaltim di Google News