Samarinda Tempo Doeloe: Saat Merdeka Terlambat Menggema di Benua Etam

Satu bulan setelah proklamasi, tentara Belanda kembali datang ke Kota Samarinda dengan menumpang pasukan sekutu yang bertugas melucuti tentara Jepang.

Netherlands Indies Civil Administration (NICA) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda segera mendirikan pemerintahan kembali di pusat Oost Borneo, melanjutkan otoritasnya yang sempat terlepas ketika Jepang menduduki Samarinda 3 Februari 1942.

"Tepatnya pada tanggal 19 September 1945, atau satu bulan setelahnya baru rakyat Kaltim mendengar informasi kemerdekaan. Berita itu dibawa oleh tentara Australia," beber pria yang akrab di sapa Sarip tersebut.

Pekik merdeka baru menggema di Samarinda setelah sebulan lebih 2 hari teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dibacakan Bung Karno dari Jakarta.

Pasukan Australia yang merupakan komponen pasukan sekutu saat itu datang guna melucuti tentara Jepang.

Setelah mendengar informasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 20 September 1945, para pemuda dan tokoh yang ada di Samarinda mulai berkumpul.

Mereka menyusun rencana untuk menyambut proklamasi kemerdekaan itu dan membentuk Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia (P3KRI). 

Panitia ini dibentuk dan diketuai Dr Soewadji Prawiroharjo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Sakit Umum (Landschap Hospitaal) yang terletak di Jalan Gurami, Sungai Dama, Samarinda.